Minggu, 14 Juni 2015

line coding



Line Coding

Line Coding
  Line coding merupakan metoda untuk merubah simbol dari sumber ke dalam bentuk lain untuk ditransmisikan
  Line coding merubah pesan-pesan digital ke dalam deretan simbol baru (ini merupakan proses encoding)
  Decoding bekerja kebalikannya yaitu merubah kembali deretan yang sudah dikodekan (encoded sequence) menjadi pesan aslinya
          Sistem yang menggunakan line coding tetapi tidak melibatkan modulasi disebut sistem transmisi baseband
        Spektrum hasil pengkodean tetap berada di dalam rentang frekuensi pesan asli
Tujuan Line Coding
  Merekayasa spektrum sinyal digital agar sesuai dengan medium transmisi yang akan digunakan
  Dapat dimanfaatkan untuk proses sinkronisasi antara pengirim dan penerima (sistem tidak memerlukan jalur terpisah untuk clock)
  Dapat digunakan untuk menghilangkan komponen DC sinyal (sinyal dengan frekuensi 0)
       Komponen DC tidak mengandung informasi apapun tetapi menghamburkan daya pancar
  Line coding dapat digunakan untuk menaikkan data rate
  Beberapa teknik line coding dapat digunakan untuk pendeteksian kesalahan
          Pada contoh di atas, setiap 2 bit data dikodekan ke dalam 4 level simbol
          Jadi bit rate akan menjadi dua kali dari bit baud rate
          Berdasarkan level sinyal yang digunakan, line coding dapat dikatagorikan sbb.:
          Unipolar : menggunakan level +v, 0
          Polar (antipodal) : menggunakan level +v, -v
          Bipolar (pseudoternary): menggunakan level +v, 0, -v
Line coding yang akan bahas
  NRZ
  RZ
  AMI
  HDB3
  CMI
  Manchester
  Differential Manchester
  B8ZS
  nBmB
Non Return to Zero (NRZ)
  Bit “1” dinyatakan oleh “high signal” selama perioda bit
  Bit "0" dinyatakan oleh “low signal” selama perioda bit
  Kelemahan:
       Tidak ada informasi timing di dalam bentuk sinyal sehingga sinkronisasi bisa hilang bila muncul deretan 0 yang panjang
       Spektrum NRZ mengandung komponen DC
  Varian dari NRZ:
       NRZ-L (Non-Return-to-Zero-Level) : Level konstan selama perioda bit
       NRZ-I : (Non-Return-to-Zero-Invert on ones): bit “1” dikodekan dalam bentuk transisi sinyal (dari high-ke-low atau low-ke-high), sedangkan “0” dikodekan dengan tidak adanya transisi sinyal
       NRZ-M (Non-Return-to-Zero-Mark): level berubah bila ada bit “1”
       NRZ-S (Non-Return-to-Zero-Space): level berubah bila ada bit “0”
  NRZ bisa unipolar maupun polar
Spektrum NRZ
Return to Zero (RZ)
  Bit "1" dinyatakan oleh “high signal” selama setengah perioda bit dan dinyatakan oleh “low signal”  pada seengah perioda bit berikutnya
       Memungkinkan pengambilan informasi clock bila ada deretan 1 yang panjang
  Kelemahan
       Bandwidht yang diperlukan dua kali NRZ
       Sulit mengambil informasi clock bila ada deretan nol yang panjang
       Mengandung komponen DC
AMI (Alternate Mark Inversion)

          Pseudoternary code
        Bit "0" dinyatakan sebagai level nol
        Bit "1" dinyatakan oleh level positif dan negatif yang bergantian
          Karakteristik sinyal hasil pengkodean AMI
        Tidak memiliki komponen DC (kelebihan)
        Tidak memecahkan masalah kehilangan sinkronisasi bila terdapat deretan nol yang panjang
HDB3
  Berbasis kode  AMI
  Jumlah nol berurutan yang diperbolehkan maksimum 3
  Ide dasar: mengganti empat nol berurutan menjadi "000V" atau "B00V"
       "V" adalah pulsa yang menyalahi aturan AMI mengenai perubahan polaritas yang berurutan
  Aturan penggunaan "000V" atau "B00V" adalah sbb:
       "B00V" digunakan jika sampai pulsa sebelumnya, sinyal mengandung komponen DC (yaitu jumlah pulsa negatif dan pulsa positif tidak sama)
       "000V" digunakan jika sampai pulsa sebelumnya komponen DC adalah nol (jumlah pulsa negatif sama dengan jumlah pulsa positif
       Polaritas pulsa "B", yang patuh pada aturan AMI, bisa positif atau negatif dengan tujuan menjamin dua pulsa V berlawanan polaritas
CMI (Coded Mark Inverted)
  Berbasis AMI
  Digunakan pada transmisis kecepatan tinggi
  Bit “1” dikirimkan sesuai dengan aturan AMI yaitu bila ada dua “1” berurutan maka pulsa yang menyatakan keduanya harus berbeda polaritas
  Bit “0” dinyatakan oleh pulsa dengan setengah perioda pulsa pertama dinyatakan oleh tegangan negatif sedangkan setengah perioda pulsa berikutnya dinyatakan oleh tegangan positif
  Kode CMI memiliki karakteristik berikut:
       Menghilangkan spektrum sinyal pada frekuensi yang sangat rendah
       Clock dapat direcovery dengan mudah
       Bandwidth lebih lebar daripada AMI
B8ZS
  Berbasis AMI
  Jika ada 8 nol berurutan dan pulsa sebelumnya merupakan pulsa positif maka semua nol itu dikodekan menjadi 000+-0-+
  Jika ada 8 nol berurutan dan pulsa sebelumnya merupakan pulsa negatif maka semua nol itu dikodekan menjadi 000-+0+-
  Ada dua pulsa yang melanggar aturan AMI
Manchester
  Bit “1” dinyatakan oleh pulsa yang setengah prioda pertamanya memiliki level high dan setengah perioda sisanya memiliki level low
  Bit 0dinyatakan oleh pulsa yang setengah perioda pertamanya memiliki level low dan setengah perioda sisanya memiliki level high
  Jadi setiap bit dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang berganti level pada pertengahan bit
  Karakteristik Manchester coding:
       Timing recovery mudah
       Bandwidth lebar
Differential Manchester
  Setiap bit dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang berubah level di pertengahan bit
  Bit “1” dikodekan dengan tidak adanya transisi level di awal bit
  Bit “0” dikodekan dengan adanya transisi level di awal perioda bit
mBnB
  Memetakan satu blok informasi yang terdiri dari m bits ke dalam n bits
  n > m ; biasanya n = m+1
  Manchester code dapat dilihat sebagai kode 1B2B
  4B5B digunakan pada FDDI
  8B10b digunakan pada Gigabit Ethernet
  64B66B digunakan pada 10G Ethernet
#sekian semoga bermanfaat
#terimakasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar